Beberapa waktu yang lalu saya terkejut dengan pernyataan Sri Mulyani dalam suatu acara Podcast milik salah seorang podcaster terkemuka di Indonesia, Close to The Door. Apa yang diungkapkan Sri Mulyani dalam kesempatan itu benar-benar membuka mata saya tentang bagaimana ekonomi negara-negara maju bertumbuh dan bertahan dalam segala situasi krisis. Sederhananya, ini adalah tentang perilaku dan mindset warga negaranya terhadap uang. Dalam kesempatan yang lain, Gita Wirjawan di chanel youtube pribadinya mewawancarai Dr. Indrawan Nugroho, salah seorang pakar Inovator Bisnis dan CEO CIAS. Ada yang menarik dalam percakapan tersebut. Indrawan menyebut, beberapa tahun yang lalu tepatnya pada tahun 2018, Indonesia pernah naik level menjadi negara dengan pendapatan menengah ke atas (Upper Middle Income Country) dengan Gross National Income (GNI) sebesar USD 4.050 . Namun belakangan ini, setelah dihantam pandemi GNI perkapita Indonesia turun di bawah USD 4.000, sehingga menyebabkan strata ekonomi Indonesia turun kelas menjadi negara dengan pendapatan menengah bawah, tepatnya satu tingkat dibawah Malaysia.
Lalu, apa penyebabnya? Dalam ilmu Ekonomi Makro, tentu ini akan melibatkan berbagai faktor yang sangat rumit dan saling terkait satu sama lain seperti kondisi perekonomian dunia, nilai tukar, inflasi, populasi suatu negara dll. Eh tapi ngomong-ngomong, kali ini saya tidak akan membahas Makro Ekonomi lebih panjang. Saya akan lebih mengarahkan cara pandang anda pada topik yang lebih sederhana tentang uang dan kekayaan. Dr. Indrawan menyebutkan, bahwa apa yang dilakukan Bank Dunia (World Bank) dengan menaikan status ekonomi berdasarkan pendapatan negara hanyalah PHP semata atau istilahnya untuk nyenengin sesaat. Lantas kenapa? Hal ini karena fundamental ekonomi Indonesia masih lemah. Sampai di sini anda pasti bertanya-tanya, lalu apa hubungannya dengan kekayaan pribadi anda. Saya percaya bahwa laju perekonomian suatu negara akan mengikuti dengan tren rata-rata pertumbuhan ekonomi secara individual.
Kalau kita berbicara mengenai fundamental ekonomi dalam konteks kecil, maka kita akan berbicara soal berapa aset yang anda miliki, berapa rasio utang yang anda miliki terhadap aset anda, berapa total liability anda baik dalam jangka waktu pendek, menengah,dan panjang, kemudian berapa income dan cashflow anda dalam satu bulan. Keempat hal inilah yang membedakan antara orang yang terlihat kaya dan orang yang benar-benar kaya. Dalam bukunya, The Psychology of Money, Morgan Houssel menuturkan bahwa kekayaan sebenarnya tidak berhubungan dengan kecerdasan seseorang, latar belakang pendidikan, ataupun status sosial seseorang. Tapi kekayaan adalah berhubungan dengan perilaku seseorang dalam mengelola keuangannya. Di Amerika, mayoritas masyarakatnya menginvestasikan asetnya pada sektor-sektor produktif sehingga uang itu terus bertumbuh. Berbeda dengan masyarakat Indonesia yang mayoritas masyarakatnya meletakan uang mereka pada sektor yang tidak bertumbuh bahkan cenderung terdepresiasi nilainya dari waktu ke waktu. Belum lagi jika dikalkulasikan dengan gaya hidup dan perilaku konsumtif yang lebih mengutamakan pada gengsi dan pengakuan sosial.S
Sampai di sini sudahkah kalian bijak dalam mengelola keuangan anda? Mari kita berdiskusi di bawah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar